PELATIHAN DINAMIKA KELOMPOK KECAMATAN RUPAT UTARA

  • Apr 20, 2016
  • kadur

Pelatihan Dinamika Kelompok Tani di Desa Kadur Kec. Rupat Utara, di Ruangan Kantor BPD Desa Kadur di hadiri oleh Bapak Kades Tumadi untuk membuka acara Pelatihan Dinamika Kelompok,
Pelatihan Dinamika Kelompok tani menyadarkan kepada Masyarakat Desa Kadur menggubah pola pikir untuk bisa mandiri dan berwirausaha dalam segala aspek contohnya bercocok tanam seperti sayuran dan buah-buahan dilingkungan Rumah karena Pada tahun 2006 konsumsi sayuran di Indonesia adalah 34,15 kg/kapita/tahun (Data Susenas). Angka ini masih berada di bawah standar yang dianjuran FAO untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yaitu minimal 65 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih berada di bawah standar negara-negara beriklim sedang, padahal kondisi alam Indonesia sangat mendukung bagi produksi beragam jenis sayuran, baik yang komersial seperti kubis, sawi, petsai, dan kangkung, maupun jenis sayuran tradisional seperti daun labu, beluntas, daun mangkokan, dan daun katuk.


Telah diketahui bahwa kekurangan energi yang serius dapat menyebabkan kematian anak, dan kekurangan bahan gizi diasosiasikan dengan kenaikan resiko kematian ibu dan anak. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia, 53 persen dari sekitar 10 juta anak meninggal setiap tahunnya dikarenakan kekurangan gizi (Black et al, 2003). Kekurangan vitamin A merupakan penyebab utama kebutaan yang tidak dapat dicegah untuk kasus anak-anak, dan dikaitkan dengan meningkatnya resiko kematian dan penyakit-penyakit menular yang parah.

Pekarangan merupakan salah satu strategi untuk mengatasi kekurangan gizi dan bahan makanan bergizi. Selain produk-produk hewani, sayuran dan buah-buahan juga merupakan sumber bahan makanan bergizi. Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa adanya pekarangan berarti nutrisi rumah tangga tersebut akan lebih baik. Salah satu proyek dalam skala besar yang dijalankan oleh Hellen Keller Internasional di Bangladesh menyatakan bahwa keluarga yang menanam lebih banyak buah-buahan dan sayuran dan keluarga yang menanam banyak varietas buah-buahan dan sayuran, memiliki asupan vitamin A lebih tinggi (Mitchell, 2004).

Bila dilihat dari segi pemanfaatan lahan, pekarangan merupakan usaha optimalisasi pemanfaatan lahan karena berbagai kegiatan dapat dilakukan di pekarangan ini. Pada kegiatan yang bersifat pertanian, lahan pekarangan tersebut ditanami berbagai tanaman baik tanaman buah, sayur, obat, dan hias. Untuk pekarangan yang luas, dapat dimanfaatkan juga untuk peternakan dan budidaya ikan di kolam.

Pemanfaatan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Penghasilan sampingan ini akan lebih besar apabila lahan pekarangan luas dan komoditas yang dibudidayakan adalah jenis tanaman yang komersial.

Dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh sayur-sayuran itu dapat dipastikan bahwa usaha bertanam sayuran di lahan sempit memang masih diperlukan. Bagi masyarakat pedesaan, penanaman sayuran di halaman rumah bukan saja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga dapat menambah penghasilan keluarga. Namun, kegiatan bertanam sayuran di pekarangan bagi masyarakat perkotaan telah menjadi alternatif penyaluran hobi yang banyak diminati kalangan ibu rumah tangga di kota-koita besar. Walaupun hanya hobi, kegiatan bertanam sayur dihalaman rumah bagi keluarga di perkotaan juga cukup bermanfaat untuk pemenuhan konsumsi dalam keadaan mendesak, apabila jenis sayuran atau rempah tersebut lupa dibeli di pasar.

MANFAAT BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

Manfaat penanaman tanaman sayuran di lahan pekarangan dapat menghasilkan efek ganda, antara lain:

Memenuhi Gizi Keluarga

Dalam keadaan sulit, pekarangan sebenarnya dapat diberdayakan sebagai upaya mendukung kecukupan gizi keluarga. Berbagai tanaman sayuran, lalapan dan buah-buahan bisa jadi sumber protein, vitamin dan mineral yang baik bagi keluarga. Bahkan jika tersedia pekarangan yang cukup luas, sumber protein hewani juga bisa diperoleh dari ikan dan hewan ternak.

Untuk memenuhi kecukupan gizi tidak harus dengan biaya tinggi. Cara mudah dan murah bisa dilakukan untuk menghasilkan bahan pangan bergizi. Apabila pekarangan yang kosong ditanami dengan tanaman bermanfaat sekarang maka gerakan pemanfaatan pekarangan untuk memperkuat sumber gizi keluarga akan berhasil.

Demi membangun generasi yang lebih sehat, Menteri Pertanian Anton Apriyantono pada peringatan Hari Pangan Sedunia tahun 2005, mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayur-sayuran dan buah-buahan sebagai ladang sumber gizi keluarga.

Memelihara Kesehatan 

Obat tradisional telah dikenal secara turun temurun dan aigunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan (preventif) meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit (kuratif). Tanaman sayuran dan tanaman berkhasiat obat dapat ditanam di pekarangan untuk digunakan sebagai apotik hidup dan digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Sumber Penghasilan Sampingan

Umumnya pemanfaatan lahan pekarangan hingga saat ini belum optimal. Namun bila dimanfaatkan secara intensif, hasil panen tanaman sayuran dari lahan sekitar tempat tinggal dapat menghasilkan sumber pendapatan sampingan bagi keluarga.